Rabu, 28 Desember 2016

Strategi Perang

Belajar Kiat Sukses Dari Sang Penakluk.
Kiat sukses itu banyak, namun sekarang kita akan belajar kiat sukses dari sebaik-baiknya raja menurut Rasulullah saw. Beliau adalah Sultan Muhammad Al Fatih, sang Penakluk Konstantinopel. Penaklukan Konstantinopel sebenarnya sudah disebutkan oleh Rasulullah saw melalui beberapa hadits. Kemudian, banyak raja yang mencoba untuk membuktikan ramalan itu. Semuanya gagal atau tidak berhasil kecuali Muhammad Al Fatih. Beliaulah sebaik-baiknya raja seperti yang disebutkan oleh Rasulullah saw.
Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]
Namun, meski sudah diramalkan oleh Rasulullah saw, adalah tidak mudah untuk menaklukan kota Konstantinopel. Banyak raja-raja sebelumnya yang mencoba menaklukan konstantinopel, tetapi baru Sultan Muhammad Al Fatih yang mampu menaklukannya. Bukan pula hal mudah yang dilakukan dan diperjuangkan oleh sultan Muhammad Al Fatih, melainkan membutuhkan tumpahan darah dengan semangat juang yang tinggi untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi. Berikut beberapa kiat sukses yang dipakai sultan Muhammad Al Fatih dalam mencapai kejayaannya.
Kiat sukses Pertama: Persiapan Matang
Persiapan Pribadi Adalah Kiat Sukses Yang Utama
Sejak kecil, Sultan Al Fatih sudah memiliki cita-cita untuk menjadi penakluk Konstantinopel. Apa  saja yang beliau lakukan? Tentunya mempersiapkan diri, mulai dari beliau mempelajari usaha-usaha yang pernah dilakukan oleh raja Islam sebelumnya. Selain itu pula beliau mempelajari bahasa dunia dan menghafidzkan Al-qur’an. Percobaan dimulai pada zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan (tahun 44 H). Setidaknya ada 6 kerajaan besar yang sudah mencoba sebelumnya. Usaha-usaha itu dipelajarinya. Meski sudah diramalkan oleh Rasulullah saw, namun persiapan matang untuk ihktiar yang maksimal tetap perlu dilakukan. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mempersiapkan sebaik-baiknya diri kita untuk mencapai cita-cita kita? Bila kita ingin mendapatkan sebuah cita-cita harus dibarengi dengan ikhtiar yang maksimal, karena Allah akan selalu melihat usaha dari hamba-Nya.
Bukan hanya belajar dari sejarah. Al fatih, sejak kecil sudah digembleng dengan ilmu strategi perang dan tentu saja tidak lupa ilmu-ilmu agama dengan bimbingan seorang murabbi kharismatik saat itu. Tujuannya tiada lain, untuk kejayaan Islam. Ilmu agama dan ilmu militer keduanya dipelajari, tidak hanya salah satu dari keduanya. Islam memang tidak membeda-bedakan ilmu. Selama untuk mendekatkan diri dengan Allah, itulah ilmu yang bermanfaat.
Al-Qur’an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya adalah ilmu-ilmu yang dipelajari oleh Al Fatih. Sehingga Muhammad Al Fatih dikenal dengan ketinggian pribadinya.
Persiapan Pasukan
Saat akan menyerbu, Al Fatih menyiapkan 250 ribu tentara. Jumlah yang banyak. Hal ini menunjukan bahwa jika kita mau berusaha, usahanya memang harus maksimal. Tidak cukup mengatakan “saya sudah berusaha”. Kerahkan semua yang ada, jangan seadanya. Bila kita terlalu pasrah dengan usaha yang seadanya maka jangan kaget jika cita cita yang diharapkan jauh dari harapan. Setelah kita melakukan ikhtiar yang maksimal maka serahkan kepada Yang Maha Pemberi Keputusan. Selain besar dalam jumlah, Al Fatih juga membina tentaranya dengan semangat jihad. Bukan hanya menerpa fisiknya saja, tetapi ruhaninya pun disentuh karena ini justru sumber kekuatan utama. Sebelum perang pun, Al Fatih, berkhutbah terlebih dahulu di depan pasukannya tentang ketinggian jihad dan harapan kemenangan demi kejayaan Islam. Optimalisasi ikhtiar juga diterapkan dalam hal teknologi. Bukan hanya mengandalkan jumlah dan semangat, namun teknologi militer tercanggih pun digunakan (saat itu meriam). Ini juga mengandung hikmah bagi kita semua, untuk tetap berusaha menguasai teknologi terbaru. Memang, di akhirat tidak akan ditanya teknologi, tetapi teknologi bisa digunakan untuk kejayaan Islam. Tetaplah belajar teknologi.
Persiapan Strategi
Sebelum berperang, Al Fatih, beserta guru dan tangan kanannya mempersiapkan strategi dengan teliti. Beliau tidak asal bertindak. Tetapi beliau bertindak dengan matang, dibekali oleh persiapan pribadi, pasukan, teknologi, dan tentu saja strategi yang jitu. Ilmu sebelum amal benar-benar dilakukan oleh Al Fatih. Strategi merupakan aspek terpenting dalam perang, sebagai contoh strategi yang matang pada perang badar menjadikan Nabi Muhammad dan pasukannya mencapai kejayaan. Apabila dalam persiapan strategi tidak disiapkan dengan matang dapat menjadikan pasukan perang kurang terkordinir ketika di medan perang.
Kesabaran Dalam Berperang
Kiat sukses selanjutnya ialah kesabaran. Mulai dari kesabaran dalam mempersiapkan diri sampai kesabaran dalam berperang. Seperti dijelaskan diatas, bahwa Muhammad Al Fatih tidak terburu-buru menyerang, tetapi berbagai persiapan dilakukan terlebih dahulu. Kemudian, saat peperangan dimulai, diperlukan waktu 54 hari untuk menaklukan kota Konstantinopel. Hampir dua bulan, hidup dalam peperangan, capek, dan nyawa terancam. Tetapi Muhammad Al Fatih dan pasukan tetap teguh dalam usahanya menaklukan kota Konstantinopel. Inilah yang disebut sabar, sabar saat berusaha, bukan sabar yang diam atau menyerah.
Artinya kita pun perlu memiliki kesabaran dalam meraih cita-cita kita. Kita harus sabar mulai dari persiapan dan sabar dalam menempuh perjalanan menuju tujuan kita. Ini kiat sukses sederhana, namun sedikit sekali orang yang mau melakukannya. Mudah-mudahan kiat sukses ini tambah meresap dan menghujam ke hati kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar