Akhlak Mulia
Secara garis
besar, akhlak mulia itu dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu:
1. Akhlak kepada
Allah, Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh perintah yang telah
disampikan Allah kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad SAW. Seluruh perintah
tersebut sudah tercatat dalam Al-Quran dan Hadist.
2. Akhlak kepada
Ciptaan Allah, Akhlak terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap,
perbuatan, adab dan sopan santun sesama ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan
Allah yang gaib dan ciptaan Allah yang nyata, benda hidup dan benda mati.
Mengingat sangat
luasnya cakupan akhlak ini karena menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia,
maka secara garis besar struktur akhlak mulia terhadap seluruh ciptaan Allah
itu dapat digambarkan seperti struktur sederhana berikut ini. Yang pertama
yaitu ciptaan Allah yang gaib, meliputi gaib dalam arti positif dan gaib dalam
arti negatif. Gaib dalam arti positif di antaranya malaikat, qada dan qadar,
kiamat, alam kubur, padang mashar, sorga dan neraka beserta penghuninya, dan
lain sebagainya. Sedangkan gaib dalam arti negatif di antaranya iblis, jin,
syetan, dan benda serta alam gaib lainnya. Yang kedua yaitu ciptaan Allah yang
nyata. Ciptaan Allah yang nyata meliputi sesama manusia (nabi dan rasul, diri
sendiri, orang tua, kerabat dekat, kerabat jauh, tetangga dekat dan tetangga
jauh, sesama muslim, non muslim), selain manusia (tumbuhan dan hewan), serta
benda mati (bumi dan segalanya serta benda angkasa).
Walau struktur
yang disampaikan masih sangat jauh dari lengkap dan sempurna, namun diharapkan
akan bisa memberikan gambaran cakupan akhlak mulia yang sudah dicontohkan dan
diajarkan Rasulullah Muhammad SAW. Seluruh sikap dan perilaku serta adab sopan santun terhadap semua ciptaan
Allah sudah termuat dan tercantum dalam Al-Quran dan Hadist. Tinggal bagaimana kita bisa mempelajarinya secara benar
dan teliti serta mengamalkannya.
Pembahasan
masalah Akhlak adalah pembahasan yang sangat luas, sama luasnya dengan
seluruh asoek kehidupan manusia serta variasi - variasinya. Secara garis besar
fungsi dan tujuan pengamalan akhlak mulia bagi umat manusia adalah :
1. Sebagai
pengamalan syariat Islam. Sebagai pengamalan Syariat Islam. Islam sebagai agama
rahmat bagi seluruh alam semeste telah ,e,berikan tuntunan prilaku dan etika
secar sempurna, sehingga dengan niat karena Allah SWT, pengamalan akhlak yang
mulia itu insya Allah akan menjadi ibadah bagi umat islam yang mengamalkanya.
2. Sebagai
Identitas. Sebagai Identias, Akhlak mulia ini diperuntukkan oleh Allah kepada
manusia yang berakal budi karena dengan tuntunan akhlak yang mulia akan bisa
membedakan antara manusia denga hewan.
3. Pengatur
tatanan Sosial. Akhlak Mulia Sebagai Pengatur Tatanan Sosial berarti dengan
pengamalan akhlak mulia yang sudah dicontohkan oleh yang Mulia Saydina Muhammad
SAW mengukuhkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah bisa dan
lepas dari pengaruh lingkungannya. Dengan akhlak mulia ini tatanan sosial yang
terbentuk semakin memberikan makna dan nilai yang tidak saling merugikan.
4. Rahmat bagi
seluruh alam. Akhlak Mulia Sebagai Rahmat Bagi Seluruh Alam berarti akhlak
mulia yang diperuntukkan bagi manusia tidak hanya mengatur tatanan hubungan
manusia dengan manusia lainnya tetapi juga hubungan antara manusia dengan
makhluk – makluk lain selian manusia dan alam sekitarnya.
5. Perlindungan
diri dan HAM. Akhlak Mulia Sebagai Perlindungan Diri dan Hak Azazi Manusia (
HAM ) berarti dengan menjalin hubungan yang baik berdasarkan hukum dan syariat
agama akan terbentuk hubungan yang saling menghargai dan saling menguntungkan.
Tidak ada
manusia di dunia ini yang memiliki kesamaan seratus persen. Baik suara, bentuk
tubuh, atau pun sifat dan karakter pasti akan berbeda. Allah SWT telah
menciptakan seluruh manusia dalam keberagaman. Hingga anak-anak yang kembar
siam pun tetap memiliki perbedaan. Perbedaan yang khas dari milyaran umat
manusia di dunia ini seharusnya makin menyadarkan manusia akan Maha Agung dan
Maha Besar-nya Sang Maha Pencipta. Sebagai seorang muslim, kita adalah makhluk
sosial. Allah telah mewajibkan kita untuk hidup berinteraksi dengan masyarakat.
Saat berinteraksi dengan masyarakat tentu saja kita harus dapat menempatkan
diri di tengah-tengah masyarakat dengan baik. Agar tidak terjadi masalah yang
akan membuat suasana hubungan yang harmonis menjadi terganggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar