Pengertian Efisiensi Waktu
Memahami pengertian efisiensi waktu adalah sangat penting. Sebab, salah
definisi akan menyebabkan kita salah bertindak dan tidak sesuai dengan
tujuannya. Jadi, jangan sampai salah memahami pengertian efisiensi waktu, sebab jika salah, maka Anda tidak
akan pernah bisa mencapai efisiensi waktu..
Pengertian efisiensi menurut
Mulyamah (1987;3) yaitu:
“Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain penggunaan yang sebenarnya”
“Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain penggunaan yang sebenarnya”
Sedangkan pengertian efisiensi
menurut SP.Hasibuan (1984;233-4) yang mengutip pernyataan H. Emerson adalah:
“Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output
(hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti
halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas.
Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan.”
Jadi, jika saya sederhanakan,
efisiensi adalah perbandingan output dan input. Disebut memiliki sebuah
efisiensi 100% jika output (hasil) sesuai dengan input (sumber daya) yang
diberikan.
Jika kita berbicara pengertian
efisiensi waktu, maka yang menjadi input adalah waktu yang Allah berikan kepada
makhluq-Nya yaitu 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Outputnya adalah semua
pencapaian yang Anda dapatkan.
Pengertian
Efisiensi Waktu adalah Nilai Waktu
Pengertian
Efisiensi Waktu: Manfaat Yang Dihasilkan
Yang menjadi perhatian disini adalah
input waktu bagi semua orang adalah sama. Namun, bisa kita lihat pencapaian
setiap orang berbeda. Kenapa? Ya, efisiensi yang dimiliki setiap orang dalam
memanfaatkan waktu berbeda-beda. Ada orang, yang dalam sehari mampu
menghasilkan uang Rp 3,5 milyar dalam sehari. Namun ada juga orang yang
menghasilkan Rp 35.000 dalam sehari. Ada orang yang mampu mendakwahi jutaan
orang, ada juga yang untuk keluarganya sendiri tidak mampu.
Coba tengok diri kita, sejauh mana
yang kita dapatkan? Itulah gambaran besarnya efisiensi yang Anda miliki.
Seringkali orang menyalahkan takdir dengan pencapaian yang rendah. Namun Allah
SWT memerintahkan kita untuk berusaha, memanfaatkan waktu yang sudah
diberikan-Nya. Bukan hanya seberapa banyak Anda berusaha, tetapi juga seberapa
bagus kualitas usaha Anda. Apalagi, jika kita tidak berusaha sama sekali.
Kekosongan
Waktu
Pondasi dasar dari efisiensi waktu
adalah kualitas tindakan. Input tidak bisa diubah, bahkan jika sudah lewat tidak
bisa kembali lagi. Maka untuk meningkatkan output, satu-satunya yang bisa kita
lakukan ialah memperbaiki proses, artinya meningkatkan kualitas tindakan, sebab
tindakan adalah proses dalam menghasilkan output.
Apa yang menyebabkan kualitas
tindakan bisa turun bahkan hampa? Ya, karena ada kekosongan dalam tindakan itu.
Jadi, tidak bisa sembarang tindakan, tetapi harus tindakan yang “berisi” atau
berkualitas agar mendapatkan hasil yang berkualitas juga. Apa saja kekosongan
dalam tindakan itu?
Yang pertama adalah kekosongan akal.
Dan
mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu)
niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala“. (QS. Al Mulk:10)
Dalam tafsir Shofwat Tafaasiir, karya
As-Shabuni, dijelaskan, “Orang-orang kafir itu mengatakan, sekiranya kami
memiliki akal yang kami manfaatkan atau kami gunakan pendengaran untuk mencari
kebenaran dan senantiasa meniti hidayah, niscaya kami tidak tertgolong mereka
yang masuk neraka dengan ap yang menyala-nyala.”
Kekosongan akal bisa terjadi jika
seseorang tidak mau mengisi akalnya dan tidak mau menggunakan akalnya dengan
baik. Tidak mau belajar atau malas belajar tanda orang yang tidak mau mengisi
akalnya dengan sesuatu yang bermanfaat. Orang yang malas berpikir, cepat
mengambil kesimpulan, tidak mau berusaha memahami sesuatu, menilai dengan emosi
atau memperturutkan hawan nafsu, dan sejenisnya adalah ciri orang yang tidak
mau mempergunakan akalnya dengan optimal.
Orang-orang seperti ini tidak akan
pernah efisien dalam hidupnya. Dia mungkin bertindak, tetapi bisa saja tidak
berarti atau salah arah. Bahkan, orang yang beribadah, tetapi tidak didasari
ilmu, ibadah itu pun bisa tertolak. Mari kita instropeksi, apakah kita lebih
mendahulukan akal atau hawa nafsu? Silahkan lihat juga artikel lainnya tentang
urgensi berpikir.
Jangan berharap menghasilkan yang
luar biasa saat akal Anda masih kosong. Pengertian efisiensi waktu tidak bisa
lepas dari akal atau pikiran Anda.
Yang Kedua adalah Kekosongan Hati.
Selain akal, yang tidak bisa lepas
dari pengertian efisiensi waktu adalah kekosongan hati. Semua yang Anda lakukan
akan menjadi baik jika hati Anda baik.
Ketahuilah
bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh
itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun
rusak. Ketahuilah, dia itu adalah qalbu. (HR Bukhari)
Kualitas tindakan Anda, akan sesuai
dengan kualitas hati Anda. Jika baik, maka semuanya baik. Jelas, ini sangat
berkaitan dengan pengertian efisiensi waktu.
Yang ketiga adalah kekosongan jiwa
Apa bahayanya jika jiwa kita kosong?
Dalam tafsir Fi Dzilalil Qur’an, dijelaskan, “Itulah gambaran jiwa yang kosong:
- yang tidak pernah mengenal makna serius
- bercanda ria disaat membutuhkan keseriusan
- senantiasa meremehkan permasalahan yang suci dan sakral
Jiwa yang kosong, tidak patut untuk
bangkit mengemban tugas dan tidak akan tegak membawa beban amanat. Dan jadilah
kehidupan di dalam jiwa demikian itu hampa, remeh, dan tiada berharga”. Orang yang memiliki jiwa yang kosong, tidak
akan pernah mendapatkan efisiensi waktu yang tinggi. Kita sudah memahami
tentang pengertian efisiensi waktu dan juga berbagai kekosongan yang akan
menjadikan rendahnya efisiensi waktu baik untuk menfaat dunia dan akhirat.
Untuk melengkapi artikel pengertian efisiensi waktu, misalnya meningkatkan
kualitas tindakan bisa dibaca pada artikel manajemen
waktu lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar