Rabu, 28 Desember 2016

Efisiensi Waktu

Pengertian Efisiensi Waktu

Memahami pengertian efisiensi waktu adalah sangat penting. Sebab, salah definisi akan menyebabkan kita salah bertindak dan tidak sesuai dengan tujuannya. Jadi, jangan sampai salah memahami pengertian efisiensi waktu, sebab jika salah, maka Anda tidak akan pernah bisa mencapai efisiensi waktu..
Pengertian efisiensi menurut Mulyamah (1987;3) yaitu:
“Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain penggunaan yang sebenarnya”
Sedangkan pengertian efisiensi menurut SP.Hasibuan (1984;233-4) yang mengutip pernyataan H. Emerson            adalah: “Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan.”
Jadi, jika saya sederhanakan, efisiensi adalah perbandingan output dan input. Disebut memiliki sebuah efisiensi 100% jika output (hasil) sesuai dengan input (sumber daya) yang diberikan.
Jika kita berbicara pengertian efisiensi waktu, maka yang menjadi input adalah waktu yang Allah berikan kepada makhluq-Nya yaitu 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Outputnya adalah semua pencapaian yang Anda dapatkan.
Pengertian Efisiensi Waktu adalah Nilai Waktu
Pengertian Efisiensi Waktu: Manfaat Yang Dihasilkan
Yang menjadi perhatian disini adalah input waktu bagi semua orang adalah sama. Namun, bisa kita lihat pencapaian setiap orang berbeda. Kenapa? Ya, efisiensi yang dimiliki setiap orang dalam memanfaatkan waktu berbeda-beda. Ada orang, yang dalam sehari mampu menghasilkan uang Rp 3,5 milyar dalam sehari. Namun ada juga orang yang menghasilkan Rp 35.000 dalam sehari. Ada orang yang mampu mendakwahi jutaan orang, ada juga yang untuk keluarganya sendiri tidak mampu.
Coba tengok diri kita, sejauh mana yang kita dapatkan? Itulah gambaran besarnya efisiensi yang Anda miliki. Seringkali orang menyalahkan takdir dengan pencapaian yang rendah. Namun Allah SWT memerintahkan kita untuk berusaha, memanfaatkan waktu yang sudah diberikan-Nya. Bukan hanya seberapa banyak Anda berusaha, tetapi juga seberapa bagus kualitas usaha Anda. Apalagi, jika kita tidak berusaha sama sekali.
Kekosongan Waktu
Pondasi dasar dari efisiensi waktu adalah kualitas tindakan. Input tidak bisa diubah, bahkan jika sudah lewat tidak bisa kembali lagi. Maka untuk meningkatkan output, satu-satunya yang bisa kita lakukan ialah memperbaiki proses, artinya meningkatkan kualitas tindakan, sebab tindakan adalah proses dalam menghasilkan output.
Apa yang menyebabkan kualitas tindakan bisa turun bahkan hampa? Ya, karena ada kekosongan dalam tindakan itu. Jadi, tidak bisa sembarang tindakan, tetapi harus tindakan yang “berisi” atau berkualitas agar mendapatkan hasil yang berkualitas juga. Apa saja kekosongan dalam tindakan itu?
Yang pertama adalah kekosongan akal.
Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala“. (QS. Al Mulk:10)
Dalam tafsir Shofwat Tafaasiir, karya As-Shabuni, dijelaskan, “Orang-orang kafir itu mengatakan, sekiranya kami memiliki akal yang kami manfaatkan atau kami gunakan pendengaran untuk mencari kebenaran dan senantiasa meniti hidayah, niscaya kami tidak tertgolong mereka yang masuk neraka dengan ap yang menyala-nyala.”
Kekosongan akal bisa terjadi jika seseorang tidak mau mengisi akalnya dan tidak mau menggunakan akalnya dengan baik. Tidak mau belajar atau malas belajar tanda orang yang tidak mau mengisi akalnya dengan sesuatu yang bermanfaat. Orang yang malas berpikir, cepat mengambil kesimpulan, tidak mau berusaha memahami sesuatu, menilai dengan emosi atau memperturutkan hawan nafsu, dan sejenisnya adalah ciri orang yang tidak mau mempergunakan akalnya dengan optimal.
Orang-orang seperti ini tidak akan pernah efisien dalam hidupnya. Dia mungkin bertindak, tetapi bisa saja tidak berarti atau salah arah. Bahkan, orang yang beribadah, tetapi tidak didasari ilmu, ibadah itu pun bisa tertolak. Mari kita instropeksi, apakah kita lebih mendahulukan akal atau hawa nafsu? Silahkan lihat juga artikel lainnya tentang urgensi berpikir.
Jangan berharap menghasilkan yang luar biasa saat akal Anda masih kosong. Pengertian efisiensi waktu tidak bisa lepas dari akal atau pikiran Anda.
Yang Kedua adalah Kekosongan Hati.
Selain akal, yang tidak bisa lepas dari pengertian efisiensi waktu adalah kekosongan hati. Semua yang Anda lakukan akan menjadi baik jika hati Anda baik.
Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah qalbu. (HR Bukhari)
Kualitas tindakan Anda, akan sesuai dengan kualitas hati Anda. Jika baik, maka semuanya baik. Jelas, ini sangat berkaitan dengan pengertian efisiensi waktu.
Yang ketiga adalah kekosongan jiwa
Apa bahayanya jika jiwa kita kosong? Dalam tafsir Fi Dzilalil Qur’an, dijelaskan, “Itulah gambaran jiwa yang kosong:
  1. yang tidak pernah mengenal makna serius
  2. bercanda ria disaat membutuhkan keseriusan
  3. senantiasa meremehkan permasalahan yang suci dan sakral
Jiwa yang kosong, tidak patut untuk bangkit mengemban tugas dan tidak akan tegak membawa beban amanat. Dan jadilah kehidupan di dalam jiwa demikian itu hampa, remeh, dan tiada berharga”.  Orang yang memiliki jiwa yang kosong, tidak akan pernah mendapatkan efisiensi waktu yang tinggi. Kita sudah memahami tentang pengertian efisiensi waktu dan juga berbagai kekosongan yang akan menjadikan rendahnya efisiensi waktu baik untuk menfaat dunia dan akhirat. Untuk melengkapi artikel pengertian efisiensi waktu, misalnya meningkatkan kualitas tindakan bisa dibaca pada artikel manajemen waktu lainnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar