Gaya Hidup Islami Vs Jahiliyah
Ada dua hal yang umumnya dicari oleh
manusia dalam hidup ini. Yang pertama ialah kebaikan (al-khair), dan
yang kedua ialah kebahagiaan (as sa’adah). Hanya saja masing-masing
orang mempunyai pandangan yang berbeda ketika memahami hakikat keduanya.
Perbedaan inilah yang mendasari munculnya bermacam ragam gaya hidup manusia.
Dalam
pandangan Islam gaya hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu: 1) gaya hidup Islami, dan 2) gaya hidup jahiliyah.
Gaya hidup Islami mempunyai landasan yang mutlak dan
kuat, yaitu Tauhid. Inilah gaya hidup orang yang beriman. Adapun gaya hidup
jahili, landasannya bersifat relatif dan rapuh, yaitu syirik. Inilah gaya hidup
orang kafir. Setiap Muslim sudah menjadi keharusan baginya untuk
memilih gaya hidup Islami dalam menjalani hidup dan kehidupan-nya. Hal ini
sejalan dengan firman Allah: “Katakanlah: “Inilah jalan
(agama)ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci
Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf: 108).
Berdasarkan ayat tersebut jelaslah
bahwa bergaya hidup Islami hukumnya wajib atas setiap Muslim, dan gaya hidup
jahili adalah haram baginya. Hanya saja dalam kenyataan justru membuat kita
sangat prihatin dan sangat menyesal, sebab justru gaya hidup jahili (yang
diharamkan) itulah yang melingkupi sebagian besar umat Islam. Fenomena ini
persis seperti yang pernah disinyalir oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam . Beliau bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat sebelum
umatku mengikuti jejak umat beberapa abad sebelumnya, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta”. Ada orang yang bertanya, “Ya Rasulullah, mengikuti
orang Persia dan Romawi?” Jawab Beliau, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah z, shahih).
“Sesungguhnya kamu akan mengikuti jejak
orang-orang yang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi
sehasta, bahkan kalau mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kamu mengikuti
mereka”. Kami bertanya,”Ya Rasulullah, orang Yahudi dan Nasrani?” Jawab Nabi,
“Siapa lagi?” (HR. Al-Bukhari
dari Abu Sa’id Al-Khudri z,
shahih).
Hadits tersebut menggambarkan suatu
zaman di mana sebagian besar umat Islam telah kehilangan kepribadian Islamnya
karena jiwa mere-ka telah terisi oleh jenis kepribadian yang lain. Mereka
kehilangan gaya hidup yang hakiki karena telah mengadopsi gaya hidup jenis lain.
Kiranya tak ada kehilangan yang patut ditangisi selain dari kehilangan
kepribadian dan gaya hidup Islami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar