Selasa, 27 Desember 2016

Merajut Pakaian Takwa

Merajut Pakaian Taqwa
Pada hakekatnya, pakaian adalah segala yang “melekat” di badan ini; entah baju, celana, segala aksesoris yang “melekat” lainnya, termasuk perhiasan. Selaras dengan pengertian ini, bahkan Allah membahasakan suami sebagai “pakaian” dari istri; dan istri adalah “pakaian” dari suami (Q.S. Al-Baqarah: 187: hunna libaasul lakum wa antum libaasun lahunna). Mungkin karena suami dan istri pun “melekat” satu sama lain, hingga mereka tak ubahnya seperti pakaian.
Setidaknya ada 3 macam fungsi pakaian yang disebut di dalam Al-Qur’an. Pertama, pakaian sebagai penutup aurat (Q.S. An-Nuur: 58 dan Al-A’raf: 26). Pakaian yang menutup aurat sebagai salah satu perintah Allah memalui Rasul-Nya, manusia diharuskan menjaga aurat yang dimiliknya bukan diumbar kepada siapa saja yang dilewatinya. Hal ini pun berguna untuk menjaga kehormatan manusia itu sendiri baik dari kaum adam maupun hawa.
 Kedua, pakaian sebagai perhiasan (Q.S. Al-A’raf: 26). Pakaian pula menjadikan seseorang terlihat lebih cantik, rapih, dan enak di pandang. Karena aneka ragam pakaian yang didesain sebagai penutup aurat manusia menjadikan pakaian bisa dikatakan sebagai perhiasan.
Dan ketiga, pakaian sebagai pelindung, yakni dari panas dan hujan, juga dari serangan musuh (Q.S. An-Nahl:81). Apabila seseorang dalam kesehariannya tidak mengenakan pakaian maka ia akan tersengat secara langsung oleh terik panasnya matahari dan bisa juga merasa dingin nya suhu bila hujan turun.
Tak kurang dari 20 ayat ditemukan di dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang pakaian. Entah memakai bahasa “libaasun”, “kiswatun”, “saraabil”, maupun “tsiyab”. Namun, semuanya berbicara tentang pakaian lahiriah. Pakaian dunia. Hanya ada satu yang menyebutkan tentang pakaian ruhani.
Pakaian ruhani adalah sebenar-benar pakaian, yang menunjukkan baik buruknya seseorang. Meski seseorang mengenakan pakaian lahiriah yang mewah dan mahal, tetapi jika pakaian ruhaninya rusak, jelek, terhina, maka dirinya akan terhina pula. Pakaian lahiriahnya tidak bermanfaat apa-apa. Pakaian lahiriahnya tak bisa melindungi kejelekannya. Mungkin ia akan mulia dalam pandangan manusia, tetapi tidak dalam pandangan Allah. Apakah pakaian ruhani yang dimaksud? Al-Qur’an menyebutnya sebagai pakaian taqwa (libaasut taqwa). Sebagaimana firmannya, “Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Q.S. Al-A’raf: 26).
Tentang taqwa, imam Ali karramallahu wajhah berkata:
اَلْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ وَ الْعَمَلُ بِالتَنْزْيِلِ وَ اْلإِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ
(Takut kepada Zat Yang Mahaagung; mengamalkan apa yang diturunkan (al-Qur’an); dan menyiapkan diri untuk menyambut datangnya hari yang kekal [akhirat]).
Sebaik baik pakaian yang dikenakan manusia pada raga  nya namun yang paling baik ialah pakaian takwa. Yaitu keimanan seseorang pada Rabb nya yang telah menciptakan dan yang akan mematikannya.

2 komentar:

  1. Tulisannya dapat menjadi tambahan untuk materi teks khutbah jum'at tema takwa. Semoga tulisannya menjadi amal sholeh buat penulis dan semua yang membantu menyebarkan.

    BalasHapus