Rabu, 28 Desember 2016

Pandangan Barat dan Para Sufi Tentang Pluralisme Agama

PANDANGAN BARAT
Pluralisme dalam masyarakat barat digunakan untuk menyatakan adanya otonomi yang dimiliki oleh banyak pihak, seperti pihak gereja, asosiasi dagang, dan organisasi professional. Disamping dalam pengertian tersebut, pluralisme juga dipahami oleh masyarakat barat sebagai suatu ajaran bahwa semua kelompok masyarakat yang ada adalah berguna.
Dalam pengertian yang terakhir ini pluralisme berkembang menjadi ideologi terpenting bagi Negara-negara modern, baik di barat, maupun juga di timur. Dalam perkembangannya, pluralisme di Inggris semakin pouler pada awal abad ke-20, melalui para tokoh seperti F. Maitland, S.G. Hobson, Harold Laski, R.H. Tawney, dan GDH cole dalam melawan keterasingan jiwa masyarakat modern karena tekanan kapitalisme. Oleh karena itu, prinsip-prinsip pluralisme dianggap dapat menjawab permasalahan tersebut. Hal ini karena dengan pluralisme masalah-masalah yang terjadi memiliki banyak alternatif penyelesaian. Dengan demikian, ide pluralisme berkembang seiring dengan perkembangan situasi dan kondisi yang melingkupinya.

PARA KAUM SUFI
Jalaluddin Rumi berkata: “Lampu-lampu adalah berbeda, namun cahaya adalah sama”. Di dalam Al qur’an surat Al maidah ayat 44 Allah berfirman “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)…..”
kemudian didalam surat Al maidah ayat 46 Allah berfirman
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”
kemudian di dalam surat Al maidah ayat 48 Allah berfirman
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)…..”
Dengan ini semua agama memiliki penerang dan cahaya masing-masing yang mereka percayai sesuai dengan apa yang mereka yakini terhadap lampu dan  cahaya yang hendak menghantarkan kepada keterangan tanpa ada kegelapan sedikit pun.
Parasufi telah berusaha menguraikan fakta bahwa ada sejumlah perbedaan dalam agama-agama yang telah ditetapkan Tuhan dengan perbedaan makna antara makna lahiriah dan makna batiniah dari agama-agama. perbedaan agama ini terletak pada aspek lahiriahnya. Sementara aspek batiniahnya sama, bagaimana pun, mayoritas besar kaum sufi telah membenarkan tugas itu untuk memeluk ajaran Islam dengan slogan:
”Tiada Thaoriqah(tarekat) tanpa syari’ah, tidak ada jalan menuju makna batiniah, tanpa melalui aspek lahiriah”.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar