Jumat, 30 Desember 2016

Lelaki pun Menimba Ilmu dari Wanita

1. Seorang Ethiopia pemilik ilmu
      Tsumamah bin Huzn Al-Qusyairi berkata, saya bertemu dengan Aisyah dan saya bertanya kepadanya tentang nabidz (semacam rendaman buah). Maka Aisyah memanggil seorang budak wanita dari Ethiopia seraya berkata,'Tanyakan kepada wanita ini karena dia pernah membuatkannya untuk Rasulullah.'

2. Seorang wanita Anshar menjadi rujukan bagi para sahabat
        Dari Thawus, ia berkata, " Saya bersama Ibnu Abbas ra, tiba-tiba Zaid bin Tsabit berkata, "Maukah engkau berfatwa bahwa seorang wanita yang haidh boleh pulang (meninggalkan ibadah haji) sebelum melakukan thawaf wada, maka Ibnu Abbas berkata, 'Kenapa tidak ?' Coba tanyakanlah masalah ini keapda fulanah seorang wanita Anshar, apakah Rasulullah memerintahkan nya untuk thawaf wada dahulu ? Kemudian suatu hari Zaid bin Tsabit kembali lagi pada Ibnu Abbas sambik tersenyum sebelum ia diperbolehkan meninggalkan tanah Haram? Ia berkata, 'Aku tidak melihatmu melainkan engkau telah berkata benar.'

3. Abdullah bin Abbas ra bertanya tentang perkara agama kepada Ummu Salamah ra.

4. Dan lain sebagainya

Adab Murid Terhadap Guru

      Sesungguhnya adab yang mulia adalah salah satu faktor penentu kebahagiaan dan keberhasilan seseorang, begitu pula sebaliknya, kekurangan adab atau tidak beradab adalah tanda kejelekan dan jurang kehancuran. Kebaikan dunia dan akhirat hanya bisa diraih dengan adab yang mulia, dan kurangnya adab merupakan sumber terhalangnya kebaikan dunia dan akhirat.
Adab kepada yang lebih tua haruslah ada, slah satunya kepada guru.

1. Memuliakan guru
        Memuliakan orang yang berilmu merupakan perkara yang dianjurkan dalam islam. Rasulullah bersabda:
"Bukankah termasuk golongan kami orang-orang yang tidak memuliakan orang tua diantara kami, tidak menyayangi anak-anak kecil diantara kami, dan tidak mengerti hak-hak ulama kami."

2. Bolehkan mencium kepala atau tangan guru ?
        Imam Ibnu Muflih berkata, "Diperbolehkan merangkul, mencium tangan dan kepala seseorang apabila hal itu dilakukan karena dorongan keragamaan (keimanan), penghormatan dan ketawadhuan serta selamat dari fitnah syahwat. Adapun apabila hal itu dilakukan karena dorongan keduniawian maka perbuatan itu dilarang keras."

3. Akuilah kelebihan gurumu
          Imam Khathib al-Baghdadi berkata, "Wajib atas seorang murid untuk mengakui kelebihan gurunya dan hendaknya pula ia menyadari bahwa dirinya telah banyak mengambil manfaat darinya."

4. Medoakan kebaikan untuk guru
       Rasulullah saw bersabda:
" Apabila ada orang yang berbuat baik kepada kalian maka balaslah dengan balasan yang setimpal, apabila kamu tidak mampu membalasnya maka doakanlah kebaikan untuknya sehingga kalian merasa bahwa doa tersebut telah setimpal dengan pemberiannya."

5. Tidak menyombongkan diri dihadapan guru

6. Meneladani akhlak guru
       Hendaknya seorang penuntut ilmu meneladani akhlak, kepribadian, kebiasaan dan ibadah gurunya.

7. Perhatikan keadaan guru
        Imam an-Nawawi berkata, "Janganlah kalian mendatangi guru kalian ketika dia dalam keadaan sibuk, lelah atau lainnya, karena hal itu akan menyebabkan dia kurang serius untuk menyampaikan pelajaran kepadamu."

8. Membela kehormatan guru
       Sudah selayaknya bagi siapa saja yang mendengar seseorang menggunjing kehormatan orang muslim ia akan mencegah dan menasehati orang tersebut.

9. Jangan bersikap ghuluw atau berlebih-lebihan
        Seorang guru adala manusia biasa yang tidak terjaga dari kesalahan, sehingga tidak wajib menerima semua pendapatnya tanpa menimbangnya. Orang yang selalu taat terhadap pendapat gurunya, bahkan membelanya dengan sepenuh hati sekalipun salah merupakan sikap ghuluw yang tercela.

10. Memperhatikan kondisi saat menerima ilmu
       Seorang muslim ketika sedang menerima ilmu ia akan memperhatikan dengan sungguh-sungguh, mengenakan pakaian yg rapih dan bersih, duduk dengan tenang, bertanya kepada guru, menghindari adanya pembantahan, dan tidak bertanya di tengah-tengah khalayak ramai.

Adab Menuntut ilmu

      Adab penuntut ilmu terhadap diri sendiri ialah sebagai berikut

1. Ikhlas
     Mengikhlaskan diri karena dalam mempelajari ilmu merupakan perintah Allah. Firman Allah, "padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan keoada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus." (Qs. Al-bayyinah: 5).

2. Mengamalkan ilmu
       Allah sangat murka kepada hamba-Nya yang menuntut ilmu tapi tidak mengamalkannya. Firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamh kerjakan." (Qs. Ash-Shaff: 2-3).

3. Berdasarkan dalil
      "Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikit lah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)."(Qs. Al-A'raaf: 3).

Menghindari Perkataan Sia-Sia

        Lisan kita memang mengherankan terutama dikalangan wanita. Bentuknya kecik tetapi pengaruhnya sangatlah besar, bahkan bahayanya bisa memporak-porandakan keinginan dan semangat untuk belajar ilmu syar'i.
        Mengobrol obrolan akan menjadikan seseorang malas melakukan kebajikan sebagaimana yang telah menimpa banyak muslimah pada hari ini.
        Mengobrol tanpa batas merupakan sumber terjadinya ghibah, namimah, dusta dan penyakit lisan lainnya, serta dapat membuka berbagai pintu kemaksiatan.    
       Banyak berbicara akan menyebabkan hati menjadi sakit bahkan mati. Jika hati sakit, maka ia akan menghalangi seseorang dari ketaatan dan menuntut ilmu syar'i. Dan terhalangnya seseorang dari ketaatan dan menuntut ilmu syar'i adalah sebenar-benarnya musibah.

Tinggalkan Dosa dan Kemaksiatan

       Dosa dan kemaksiatan adalah sumber dari segala musibah yang terjadi di dunia ini baik itu yang menimpa satu individu ataupun yang menimpa masyarakat.
Allah berfirman:
"Telah tampak kerusakan di daratan dan lautan disebabkan karena tangan manusia." (Qs. Ar-Rum: 41)
         Sesungguhnya orang yang memperbanyak kemaksiatan pada hakikatnya telah menghalangi dirinya dari ilmu yang bermanfaat.
Setiap kali Imam Abu Hanifah ra menemukan kesulitan dalam memecahkan sebuah masalah, ia berkata kepada muridnya, "Semua ink karena dosa yang saya lakukan", kemudian ia beristighfar dan terkadang mendirikan shalat, hingga terbuka baginya jalan keluar, lalu berkata, "Saya berharap Allah SWT telah menerima taubat saya dan mengampuni dosa saya karena Dia telah membukakan masalah tersebut dan memberi saya pemahaman, dan itu tidak akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bermaksiat."
       Perlu diketahui bahwa banyaknya musibah yang kita hadapibisa jadi karena kemaksiatan kita yang begitu banyak kepada Allah SWT.,bahkan, kita mendurhakai-Nya sehingga membuat Allah murka sedangkan kita tidak menyadari dan menyesalinya.

Muslimah dan Waktu Kosong

       Seorang muslimah yang baik ialah ia yang mampu menjaga dirinya dan waktu nya. Telah banyak orang yang gugur karena melalaikan waktunya, telah banyak pula orang yang menyesal karena tidak merancang program dengan waktu yang dimilikinya.
       Apabila seorang wanita memiliki waktu luagng, ia akan memperbanyak ibadah sunnah nya.
       Dengan beribadah seorang hamba akan semakin mengenal dan dekat dengan Penciptanya. Menjadikannya semakin tabah dalam urusan dunia seperti bencana dan ujian yang datang.
        Di waktu kosong pula seorang muslimah melakukan lebih banyak dzikir dan tasbih. Firman Allah, "karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu."
        Seorang muslimah tidak menjadikan waktu kosongnya sebagai saat untuk mengejar kesenangan dunia, berfoya-foya, tertawa gembira dengan teman-temannya, atu bahkan merencanakan hal hal buruk untuk saudaranya.
         Melainkan ia lebih mementingkan amalan-amalan ibadah serta dzikir dan tasbih sebagai temannya dikala waktu kosong.

Pengertian Ilmu

        Ilmu secara bahasa adalah lawan dar bodoh, atau bisa juga kita katakan bahwa ilmu adalah pengetahuan dan kebalikan dari kebodohan.
        Ilmu secara istilah sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama salaf adalah "Firman Allah (Al Qur'an), sabda Rasulullah (hadits), ucapan para sahabat, para tabiin dan tabiut tabiin, inilah ilmu yang banyak dipuji oleh Allah dan kitab-Nya.
         Imam Ibnu Abdil Barr berkata, "Ilmu menurut kesepakatan ulama dibagi menjadi tiga tingkatan: ilmu tertinggi, ilmu menengah dan ilmu terendah. Ilmu terendah adalah ilmu melatih anggota-anggota tubuh dalam pekerjaan seperti menggambar dan menjahit, ilmu menengah adalah pengetahuan tentang ilmu dunia seperti ilmu kedokteran dan teknologi, dan ilmu yang tertinggi menurut mereka adalah ilmu ad-diin yang tidak boleh seorang pun berbicara tentangnya tanpa berlandaskan kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya."

Sumber: Ali, Mubasysyirah binti Mahrus.2013.Begini Seharusnya Menjadi Muslimah Cerdas!. Solo. At Tibyan